Belajar Hidup Tanpa Plastik

3:45 PM
"Mas, pesanan es jeruk saya jangan pakai sedotan ya"

Begitulah percakapan yang sering saya ucapkan saat memesan minuman pada pramusaji, yang biasanya dibalas dengan kernyitan dahi atau bergeming beberapa detik sebelum mengiyakan. Respon itu lumrah saya dapati mengingat mungkin sangat jarang pengunjung yang punya permintaan serupa. Atau ketika....

"Mbak, belanjaannya masukin ke tas saya aja ya" percakapan lain di supermarket.
"Pak, nanti jeruknya saya bawa pakai kantong sendiri aja

"Bu, nanti rotinya jangan pakai plastik ya, saya bawa tupperware kok"
"Gak apa-apa, nanti tupperware-nya dimasukin ke plastik aja" jawab si ibu penjual kekeuh. 

Tapi saya juga kekeuh menolak, terkadang ketika sudah terlanjur para pedagang itu memberi plastik maka akan saya kembalikan. Seperti sudah menjadi pakem atau kebiasaan lazim bahwa pedagang wajib menyediakan plastik bagi pembeli, mungkin juga seolah-olah tidak sopan atau merasa tidak enak membiarkan pembelinya membawa belanjaan dari mereka tanpa diberi kantong plastik.

Padahal sampah plastik yang menggunung saat ini sudah benar-benar pada tahap sangat mengkhawatirkan dampaknya tidak hanya di daratan tetapi juga bermuara di lautan. Bahkan telah menyebabkan Plastic pollution (Polusi Plastik).

Plastic pollution is the accumulation of plastic objects and particles (e.g. plastic bottlesbags and microbeads) in the Earth's environment that adversely affects wildlifewildlife habitat, and humans.
Menurut Wikipedia, polusi plastik adalah hasil akumulasi dari objek dan partikel plastik seperti botol dan kantong plastik dan microbeads (butiran halus yang terbuat dari partikel kecil plastik) yang mencemari bumi dan berdampak bagi kehidupan margasatwa beserta habitatnya bahkan juga kehidupan manusia.

Bagi saya sendiri, kesadaran mengenai dampak limbah plastik ini berawal dari video di media sosial yang memperlihatkan relawan tengah mencabut keluar potongan sedotan plastik dari hidup seekor kura-kura. Video itu sukses membuat saya ngilu. Kasus serupa ternyata bukan kali itu saja terjadi, ternyata dari hasil googling saya temukan beragam kasus mengerikan dampak plastik bagi kehidupan hewan lainnya. Bangkai seekor elang laut ditemukan dengan banyak botol plastik di perutnya.

Elang laut ditemukan di Samudera Pasifik

Ada lagi kisah penyelam yang menyelamatkan seekor kura-kura yang mengalami kerusakan pada cangkangnya yang berubah bentuk (deformasi) akibat limbah plastik (dailymail). Sejak itu saya berkomitmen untuk berhenti menggunakan sedotan plastik dan kantong plastik sekali pakai, begitu juga berusaha menghindari beragam bentuk penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Beragam kasus di atas seakan menyiratkan bahwa betapa kurangnya kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan yang kemungkinan muaranya disebabkan oleh kurangnya edukasi baik di lingkungan formil maupun non formil. Seingat saya, dulunya keanekaragaman hayati memang menjadi topik yang diajarkan dalam mata pelajaran Biologi, tapi hanya sebatas teori pengetahuan umum. Siswa tidak pernah benar-benar diajarkan praktik kehidupan apa saja yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari demi menjaga kelestarian lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya. Yah, setidaknya itu yang saya rasakan.

Pun, saya juga tidak mendapatkan edukasi serupa dari lingkungan terdekat, seperti keluarga. Jadi perlu rasanya, praktik nyata mengenai upaya pelestarian lingkungan ini mulai diajarkan baik dari sektor formil dan non formil demi menanamkan kesadaran bagi generasi mendatang. Toh, jika pelestarian lingkungan dilakukan dan keanekaragaman hayati terjaga untuk masa depan yang lebih baik, generasi mendatang jugalah yang akan merasakan manfaatnya.

Rangkuman 7 (tujuh) langkah yang paling mudah dan nyata yang bisa segera saya aplikasikan dalam keseharian adalah sbb.


1. Botol air minum atau tumbler
Saya tipe orang yang mudah dehidrasi. Jadi alih-alih membeli air minum kemasan yang setelah      habis botolnya langsung dibuang, saya lebih baik membawa botol sendiri. Untuk aktivitas harian, berhubung saya suka minum air hangat, saya menggunakan botol minum berbahan stainless steel karena bisa menjaga suhu air tetap hangat dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan jika saatnya traveling, saya memilih menggunakan botol berbahan plastik yang reuseable sehingga lebih ringan.

2. Cutlery atau peralatan makan 
Siapa yang suka jajan? Saya pun demikian. Jadi saya wajib membawa satu set peralatan makan yang terdiri dari sendok, garpu dan sumpit yang bisa saya pakai dan cuci setelahnya, yang selalu saya simpan di dalam tas sehingga tidak akan pernah ketinggalan. Hal ini untuk menghindari penggunaan sendok dan garpu plastik sekali pakai.

3. Sedotan 
Biarpun pada dasarnya kebanyakan kita tidak begitu memerlukan minum dengan sedotan, saya justru lebih suka menggunakan sedotan. Terutama minuman berwarna seperti kopi dan teh serta minuman bersoda. Tapi kalau cuma minum air putih ya tidak perlu. Saya memilih sedotan berbahan stainless steel dibanding sedotan berbahan bambu atau kaca karena lebih durability alias ketahanannya.

4. Tote bag atau kantong belanja
Masih ingat uji coba kantong plastik berbayar yang dimulai 2016 lalu? Berbagai respon baik pro dan kontra bermunculan saat itu bahkan mungkin masih pada saat ini. Sayangnya sudah dua tahun berjalan, hanya beberapa ritel yang konsisten menjalankannya. Sedih memang, program ini belum bisa memberikan dampak besar mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Tapi setidaknya sudah menjadi sinyal baik dari pemerintah demi mendukung kampanye tersebut.

Tapi kita sebagai warga negara plus penduduk bumi bisa kok ikut berkontribusi. Setiap belanja, saya membawa tote bag atau kantong belanja yang terbuat dari kain. Yang ini juga disimpan di dalam tas untuk mencegah lupa atau tertinggal.

5. Kotak makan (Food container)
Berhubung saya selalu mambawa bekal makan siang setiap hari, jadilah saya punya beberapa food container yang biasanya dibedakan untuk nasi dan lauk, buah-buahan serta snack atau cemilan.

6. Sikat gigi bambu
Sikat gigi umumnya terbuat dari plastik. Rata-rata setiap orang menggunakan setidaknya satu buah sikat gigi yang wajib diganti maksimum tiga bulan sekali. Saya punya dua sikat gigi, yang satu digunakan di rumah sedangkan satu lagi saya bawa ke mana-mana. Jadi bisa dihitung lumayan banyaknya sampah sikat gigi setiap orang jika diakumulasikan. Berhubung sekarang ada pilihan sikat gigi yang lebih eco-friendly dan harganya pun tidak berbeda jauh dengan sikat gigi plastik, kenapa tidak? Hanya mungkin sikat gigi bambu belum banyak tersedia luas di supermarket atau toko-toko offline. Tapi kalau online sudah banyak kok.

7. Thrifting
Thrifting alias Preloved alias belanja barang second-hand kala ini tengah menjadi booming, lihat saja banyaknya youtuber atau vlogger yang memiliki konten tersebut. Selain itu juga ditandai dengan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan seken di mana-mana. Di kota saya yang super kecil ini saja bisa ditemu beberapa titik pasar seken. Kalau dulu orang-orang malu beli barang bekas, sekarang malu-maluin jika sedang menawar barang seken.
Bagi saya berburu barang bekas khususnya pakaian itu seperti seni berburu harta karun. Apalagi jika menemukan pakaian bermerek dengan kondisi tanpa cacat yang modelnya saya suka dan harganya super murah. Wah, serasa kena durian runtuh haha!
Esensi dari membeli barang bekas adalah mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat limbah produksi tekstil. Belum lagi emisi buangan transportasi saat proses distribusi hingga limbah plastik kemasannya. Jadi dengan membeli barang bekas, sedikit banyak telah memberi kontribusi bagi lingkungan. Bayangkan jika jutaan masyarakat Indonesia memiliki mindset ini!

Jika saya sebagai individu bisa bergerak melakukan sesuatu demi pelestarian lingkungan meskipun saya masih dalam tahap belajar, tentu lebih banyak lagi hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah maupun badan organisasi lainnya. Salah satunya adalah PT. Asuransi MSIG Indonesia yang merupakan perusahaan asuransi umum patungan terbesar di Indonesia dan telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun.


MSIG Indonesia yang telah berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai berikut.
- Kegiatan edukasi untuk menanamkan rasa cinta alam sejak usia dini di beberapa sekolah dasar negeri di area Jabodetabek pada November 2019
- (PALIYAN WILDLIFE RESERVE) Memulihkan Hutan Hujan Untuk Mempertahankan Komunitas dan Memerangi Perubahan Iklim di Provinsi DIY Yogyakarta dengan melakukan bimbingan teknis pertanian serta menerapkan pendidikan lingkungan melalui KELAS FUN BIODIVERSITAS

Jadi jika bukan kita yang berkontribusi menjaga pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka siapa lagi?

No comments:

We may share everything which is good rite here. Please behave by giving good comment without any discrimination. Thanks..... ;)

Powered by Blogger.